Lonjakan Produksi Chip AI Ancam Target Iklim di Kawasan Asia Timur

Produksi Chip AI Hambat Target Iklim Asia Timur

Permintaan global terhadap chip kecerdasan buatan (AI) mengalami lonjakan tajam, mendorong konsumsi listrik sektor manufaktur chip di Asia Timur naik lebih dari 350% hanya dalam kurun waktu satu tahun, berdasarkan laporan terbaru dari Greenpeace East Asia.

Beberapa negara seperti Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan yang menjadi tulang punggung industri chip dunia kini menghadapi dilema besar: ketergantungan terhadap listrik berbasis batu bara dan gas alam memperburuk jejak karbon kawasan dan menjauhkan dari komitmen iklim.

Produksi chip AI berkontribusi besar terhadap lonjakan emisi karbon, yang naik empat kali lipat hingga mencapai 453.600 ton CO₂ ekuivalen pada tahun 2024. Jika tren ini terus berlangsung, konsumsi listrik global untuk chip AI diprediksi akan melonjak 170 kali lipat hingga 2030—melampaui penggunaan listrik negara-negara kecil seperti Irlandia.

Baca Juga : Grayscale Luncurkan Dana AI Crypto, Fokus pada Render dan Bittensor

Peningkatan kapasitas produksi chip memaksa negara-negara di Asia Timur untuk terus membangun pembangkit listrik konvensional berbahan bakar fosil. Meski sejumlah perusahaan besar seperti TSMC mulai berinvestasi dalam energi terbarukan, langkah mereka dinilai terlalu lambat untuk mengimbangi pertumbuhan industri.

Greenpeace pun mendesak raksasa teknologi seperti Google, Meta, Microsoft, dan Nvidia agar menekan para pemasok mereka guna beralih ke energi hijau, dengan target rantai pasok 100% terbarukan sebelum tahun 2030.

Image Source: Greenpeace

Tinggalkan Balasan