Riset terbaru dari Goldman Sachs memproyeksikan rupiah akan menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia. Proyeksi ini semakin memperburuk situasi ekonomi Indonesia setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5% pada Selasa (18/03). Penurunan rating Indonesia oleh Goldman Sachs dari “market overweight” menjadi “market weight” pekan lalu turut memperburuk citra rupiah.
Analis Goldman Sachs, Rina Jio, menyebutkan bahwa kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump serta arus keluar modal asing menjadi faktor utama yang menekan rupiah. “Rupiah saat ini menjadi mata uang dengan volatilitas tertinggi di Asia, dengan fluktuasi besar terhadap dolar AS,” tulis Jio dalam laporannya.
Proyeksi ini telah disampaikan oleh Goldman Sachs beberapa bulan lalu, dan kini para analis melihat adanya indikasi intervensi pasar oleh Bank Indonesia (BI) untuk menahan pelemahan rupiah lebih lanjut.