China dan Rusia kini menggunakan Bitcoin (BTC) dalam perdagangan energi sebagai cara untuk menghindari sistem keuangan yang dikuasai AS. Rusia memanfaatkan Bitcoin dan Tether (USDT) untuk transaksi minyak dengan China dan India, dengan jaringan perantara yang mengonversi mata uang lokal menjadi crypto.
Langkah ini merupakan respons terhadap sanksi internasional yang membatasi akses Rusia ke sistem perbankan tradisional. Bitcoin, sebagai aset terdesentralisasi, memberikan solusi untuk mengatasi pembatasan tersebut.
Ketegangan meningkat setelah AS mengenakan tarif 125% pada produk China, sementara China membalas dengan tarif 84% pada barang-barang AS. Hal ini mendorong investor beralih ke aset alternatif seperti Bitcoin dan emas yang dianggap lebih aman dalam situasi ketidakpastian ekonomi global.
Meskipun masih kecil dalam total perdagangan minyak Rusia yang mencapai US$192 miliar, tren ini menunjukkan potensi crypto sebagai alat transaksi internasional masa depan.