Core Scientific (CORZ) mencatat laba bersih kuartal I 2025 sebesar US$580,7 juta (sekitar Rp9,5 triliun), lebih dari dua kali lipat laba periode sama tahun sebelumnya. Pencapaian ini mengejutkan karena total pendapatan justru menyusut tajam, dari US$179,3 juta menjadi US$79,5 juta. Sekalipun volume Bitcoin yang ditambang turun drastis setelah peristiwa halving bulan April 2024, Core Scientific berhasil menggenjot profitabilitas melalui strategi keuangan dan operasional. Langkah-langkah efisiensi biaya, didukung melesatnya harga Bitcoin serta diversifikasi usaha ke layanan data center performa tinggi (HPC) yang terkait AI, ikut menopang lonjakan laba bersih perusahaan. Tulisan ini menguraikan latar belakang kenaikan laba tersebut, efek halving pada industri mining, perbandingan kinerja dengan Marathon Digital dan Riot Platforms, serta pandangan analis dan investor mengenai arah bisnis Core Scientific.
Halving Bitcoin dan Dampaknya pada Mining
Halving Bitcoin adalah peristiwa pemotongan imbalan blok baru sebesar 50% yang terjadi kira-kira setiap 210.000 blok (sekitar 4 tahun) untuk menjaga kelangkaan koin dengan limit 21 juta BTC. Pada 20 April 2024, imbalan blok dipotong dari 6,25 BTC menjadi 3,125 BTC. Akibatnya, pendapatan harian penambang Bitcoin anjlok lebih dari separuh. Sebelum halving, rata-rata pendapatan penambang sekitar US$6 juta per hari, namun setelah halving sempat turun ke sekitar US$3 juta per hari pada awal Mei 2024. Dampak tersebut memaksa banyak penambang meningkatkan efisiensi untuk tetap menguntungkan. Sejumlah perusahaan menunda investasi besar, sementara yang lain memperbarui peralatan guna menurunkan biaya listrik. Misalnya, Bitfarms mengalokasikan US$240 juta untuk menggandakan hashrate dengan mesin yang lebih efisien. Analis juga memperkirakan Bitcoin perlu berada di kisaran ~US$80.000 agar banyak penambang tetap profitabel pasca-halving dalam kondisi biaya saat itu.
Penurunan Pendapatan Core Scientific
Selepas halving, volume Bitcoin yang ditambang Core Scientific anjlok sekitar 75%, sehingga revenue dari penambangan menurun drastis. Pendapatan digital asset self-mining Q1 2025 hanya US$67,2 juta (dibanding US$150 juta tahun lalu). Secara keseluruhan, total pendapatan Q1 2025 menjadi US$79,5 juta, turun dari US$179,3 juta tahun sebelumnya. Penurunan ini terutama disebabkan oleh berkurangnya jumlah blok yang dimenangkan dan shifting operasi ke layanan HPC. Dampak langsungnya, laba kotor penambangan turun dari US$68,4 juta menjadi hanya US$6,0 juta (margin 9%) karena kontraksi besar penghasilan penambangan. Demikian pula, pendapatan hosted mining dan colocation (HPC hosting) meningkat tipis, tetapi masih belum mengimbangi hilangnya revenue tambang.
Walau begitu, Core Scientific mampu melaporkan laba bersih US$580 juta pada Q1 2025. Kontributor utamanya bukan dari operasional langsung, melainkan dari penyesuaian akuntansi non-tunai. Pada periode itu perusahaan mencatat keuntungan mark-to-market sebesar US$621,5 juta dari waran dan hak nilai kontinjensi lain akibat anjloknya harga saham CORZ. Keuntungan akuntansi besar inilah yang “mendorong” laba bersih luar biasa meski EBITDA operasional negatif. Dengan kata lain, laba bersih ini sebagian besar non-kas, berupa keuntungan atas nilai waran. Dalam prakteknya, Core Scientific membukukan kerugian operasional (Operating Loss US$42,6 juta) dan Adjusted EBITDA negatif US$6,1 juta, tetapi untung akuntansi mengungguli kerugian tersebut.
Strategi Efisiensi Operasional
Selain penyesuaian akuntansi, Core Scientific juga gencar menekan biaya untuk menjaga profitabilitas jangka panjang. Perusahaan mengoperasikan 745 megawatt infrastruktur data center mining – terbesar di antara penambang publik Amerika Utara. Fasilitas seluas itu memberikan keunggulan kompetitif, sebagaimana diungkapkan CEO Adam Sullivan tahun lalu ketika menyiapkan rencana konversi sebagian kapasitas menjadi layanan HPC. Core Scientific meningkatkan efisiensi energi, self-mining mencapai 26,85 J/TH, menggunakan mesin generasi baru lebih hemat.
Pada Q1 2025, perusahaan berhasil menekan biaya listrik hingga 33% dibandingkan sebelumnya. Penurunan ini berasal dari kombinasi negosiasi tarif listrik yang lebih rendah dan efisiensi penggunaan daya oleh armada mining baru yang lebih hemat. Misalnya, berkurangnya konsumsi listrik sejalan dengan berkurangnya jumlah mesin saat beralih ke colocation, sehingga total biaya listrik turun signifikan. Secara umum, Core Scientific merestrukturisasi kontrak energi dan mematikan mesin yang kurang efisien, sehingga meningkatkan power usage effectiveness. Semua upaya ini mengurangi beban biaya tetap, membantu menahan dampak negatif pendapatan dari halving.
Harga Bitcoin Mengangkat Laba
Faktor lain yang mengimbangi penurunan volume tambang adalah melambungnya harga Bitcoin sepanjang Q1 2025. Harga rata-rata Bitcoin naik sekitar 74% di banding periode sama tahun sebelumnya. Kenaikan harga ini meningkatkan nilai aset kripto yang di tambang dan mendukung margin kotor penambangan. Meskipun jumlah BTC yang di peroleh berkurang, nilai US$ yang di terima per BTC jauh lebih tinggi, sehingga sebagian pendapatan mining terjaga. Dengan harga yang lebih tinggi, setiap BTC yang di tambang kini berpeluang menutup lebih banyak biaya di banding tahun lalu. Ini menjelaskan mengapa penurunan pendapatan bisa “di tutup” sebagian oleh harga pasar yang naik.
Namun, terlepas dari harga tinggi, penambangan Bitcoin pasca-halving tetap menghadapi biaya yang lebih besar per BTC karena reward berkurang. Hal ini tercermin pada perusahaan pesaing: misalnya Riot Platforms melaporkan biaya rata-rata penambangan (sebelum depresiasi) US$43.808 per BTC di Q1 2025, naik dari US$23.034 tahun lalu, terutama akibat halving dan peningkatan hashrate global. Di situasi semacam ini, kenaikan harga Bitcoin memang menyokong pemasukan, tetapi penurunan jumlah blok tetap memberi tekanan. Core Scientific merasakan hal serupa, sehingga mengalihkan sebagian operasi ke segmen kolokasi yang lebih stabil pendapatannya.
Baca Juga : Saham Penambang Bitcoin Anjlok Usai Microsoft Batalkan Proyek Data Center AI
Perbandingan dengan Marathon Digital dan Riot Platforms
Dalam industri penambangan publik, Core Scientific bukan satu-satunya yang menikmati kondisi pasar kripto baru-baru ini. Marathon Digital Holdings (MARA) mencatat kinerja luar biasa juga. Pada kuartal IV 2024, Marathon meraih pendapatan rekor US$214,4 juta dan laba bersih US$528,3 juta. Hasil itu memecahkan ekspektasi pasar, di topang oleh strategi perusahaan berbiaya rendah (dengan rata-rata biaya energi sekitar US$28.800 per BTC) dan ekspansi infrastruktur. CEO Marathon, Fred Thiel, menekankan transformasi model bisnis yang lebih fokus pada capital efficiency daripada sekadar pertumbuhan kapasitas. Marathon juga mulai mengeksplorasi bidang AI; ia berencana menggelar proyek pilot AI inference compute pada 2025 sebagai di versifikasi dari mining tradisional.
Riot Platforms (RIOT) juga mencatat kinerja kuat pada Q1 2025. Pendapatannya melonjak menjadi US$161,4 juta, naik sekitar 103% di banding Q1 2024. Kenaikan ini di dorong oleh volume penambangan yang meningkat (1.530 BTC vs 1.364 BTC tahun lalu) dan harga Bitcoin yang tinggi. Riot alami kenaikan biaya per BTC pasca halving, mencapai US$43.808 di bandingkan US$23.034 sebelumnya. Pesaing ini juga giat membangun fasilitas HPC. Riot kembangkan Corsicana 1,0 GW untuk 2026 dan akuisisi Rhodium 125 MW untuk tingkatkan kapasitas. Tren serupa tampak di perusahaan lain: Hive Digital, Hut 8, dan Iris Energy telah mengkonversi sebagian operasi mereka ke layanan AI/HPC, serta TeraWulf menjual aset miner untuk mendanai pembangunan data center HPC. Core Scientific bersaing dalam pasar high-performance computing, fokus pada data center untuk pertumbuhan masa depan.
Layanan HPC, AI, dan Masa Depan Industri
Salah satu alasan utama kenaikan laba Core Scientific adalah pivot strategis ke layanan colocation berperforma tinggi (HPC), yang kini berkaitan erat dengan tren kecerdasan buatan. Pada Februari 2024 perusahaan meneken kesepakatan senilai US$1,2 miliar dengan startup AI CoreWeave untuk ekspansi data center{. Proyek ini akan menyediakan kapasitas tambahan 250 MW untuk CoreWeave pada 2025, dengan target pendapatan kolokasi tahunan US$360 juta pada 2026. CEO Sullivan menyebut ini titik infleksi, di dorong permintaan data center berkepadatan tinggi untuk AI dan HPC.
Layanan HPC memungkinkan Core Scientific menjual daya komputasi ke pengguna enterprise (misalnya untuk melatih model AI), di samping bisnis penambangan Bitcoin. VanEck perkirakan miner publik alihkan 20% kapasitas ke AI/HPC bisa hasilkan tambahan US$13,9 miliar. Core Scientific memanfaatkan infrastruktur mereka (1,2 GW daya terhubung) untuk melayani dua pasar sekaligus. Marathon kembangkan immersive cooling untuk GPU, sementara Riot bangun Corsicana 1,0 GW untuk AI dan HPC. Tren tersebut mengonfirmasi bahwa layanankomputasi performa tinggi akan menjadi elemen penting bagi penambang kripto dalam beberapa tahun ke depan.
Opini Analis dan Pandangan Investor
Para analis dan investor merespons positif perkembangan ini. Setelah pengumuman laba Q1 2025, harga saham Core Scientific langsung naik ~3,9% di perdagangan pasca bursa. Kenaikan ini menggambarkan optimisme pasar terhadap fokus baru perusahaan. Investor memperhatikan likuiditas yang kuat (per 31 Maret 2025 Core Scientific tercatat memiliki sekitar US$780 juta kas, setara kas, dan aset digital) serta rencana ekspansi. Manajemen menargetkan penambahan 250 MW kapasitas kolokasi (HPC) pada akhir 2025, dan total 590 MW pada awal 2027.
Analis keuangan pun cenderung bullish. Menurut riset investasi, Core Scientific di perdagangkan dengan valuasi tinggi (sebesar 30,4x EV/EBITDA saat ini) tetapi banyak menaruh harapan pada realisasi model bisnis baru. Analis memberikan target harga $14–$24 per saham (harga saat di perdagangkan di kisaran $9–10), mencerminkan potensial upside jika strategi HPC dan AI berhasil. Mereka memperkirakan perusahaan mulai mencapai profitabilitas operasional pada tahun 2025 (EPS sekitar $0,73) setelah investasi data center rampung.
Secara keseluruhan, investor tampak yakin bahwa Core Scientific berada di jalur yang tepat. Kinerja keuangan Q1 2025 yang melonjak memberikan ruang bagi perusahaan untuk membiayai pertumbuhan HPC serta menjamin kelangsungan operasi tambang di sisa tahun ini. Mengingat tren industri dan respons pasar, fokus Core Scientific pada layanan pusat data berperforma tinggi (dengan dukungan tren AI) di anggap sejalan dengan pergeseran permintaan global. Meski demikian, analis selalu mengingat risiko fluktuasi harga Bitcoin dan tantangan persaingan biaya energi. Kesimpulannya, Core Scientific memanfaatkan momen pasca-halving ini untuk bertransformasi. Berkat kombinasi efisiensi operasional, daya dukung keuangan, dan visi jangka panjang pada AI/HPC, perusahaan mencetak laba besar walau pendapatan turun. Investor dan pengamat kini mengawasi apakah strategi baru ini akan menjadikan Core Scientific pemimpin era berikutnya dalam industri pertambangan kripto yang berkelanjutan dan terdiversifikasi.
Sumber: Laporan keuangan resmi Core Scientific dan pernyataan pers, serta liputan Cointelegraph, CoinDesk, Marathon Digital (MARA), dan Riot Platforms.