Tether, penerbit stablecoin terbesar di dunia, mengejutkan pasar dengan mengumumkan pembelian lebih dari US$33 miliar obligasi Pemerintah AS pada tahun lalu. Dengan jumlah tersebut, Tether menjadi pembeli ketujuh terbesar obligasi AS, mengalahkan negara-negara seperti Kanada, Meksiko, dan Jerman.
Langkah ini dilihat sebagai upaya Tether untuk lebih mematuhi regulasi stablecoin, termasuk GENIUS Act yang sedang menunggu persetujuan Kongres. Aturan tersebut mengharuskan penerbit stablecoin untuk memiliki aset cadangan berupa obligasi.
Dalam pidatonya di Digital Asset Summit, Presiden Donald Trump menyebut bahwa stablecoin yang didukung dolar dapat memperluas pengaruh dolar AS di dunia. Pembelian obligasi oleh Tether bisa jadi merupakan langkah strategis untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan pemerintah AS.
CEO Tether, Paolo Ardoino, menegaskan bahwa perusahaan telah menciptakan jaringan distribusi dolar AS terbesar, yang menjangkau lebih dari 400 juta orang, terutama di pasar berkembang. Hal ini dapat memperkuat posisi Tether sebagai mitra penting dalam mendukung dominasi dolar AS melalui stablecoin.
Namun, meskipun langkah ini menunjukkan komitmen besar, belum ada jaminan kemitraan resmi dengan pemerintah AS, mengingat beberapa bank besar juga berencana meluncurkan stablecoin mereka sendiri.
